Senin, 11 Agustus 2008

ilmu muktasab

Oleh Ustadz. Mohamad Joban, M.A (Imam Masjid Al-Nour of Olympia, Washington).

Session Kuliah Subuh di Masjid KJRI Houston pada tanggal 31 Juli 2005.



Mencari Kebahagiaan Hati



Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti mencari kebahagiaan. misalnya kalau kita tanya seorang pegawai atau pengusaha atau pedagang, kenapa kamu tiap hari bekerja keras? Jawabannya pasti untuk mencari kebahagiaan, baik bagi dirinya atau keluarganya. Karena dengan bekerja nantinya mampu untuk mendapatkan keperluan dan kebutuhan yang didambakan.



Definisi Bahagia



Namun kalau kita tanya masing-masing individu tentang makna atau definisi bahagia, pasti jawabannya berbeda-beda. bagi pedagang tentunya bahagia adalah apabila dagangannya laris. Bagi petinju tentunya bahagia apabila dia menjadi juara tinju. Bagi scientist tentunya bahagia adalah apabila hasil risetnya yang berbulan-bulan itu berhasil, dst.



Menurut Ibnu Khaldun, bahagia adalah apabila semua "gharizah" atau insticts mendapatkan kepuasan. Jadi misalnya perut akan bahagia apabila gharizahnya terpenuhi, yaitu makan dan minum. Mata akan bahagia apabila gharizahnya terpenuhi, yaitu memandang pemandangan yang indah, dst.



Kemudian kata Ibnu Khaldun, tingkatan bahagia pun berbeda menurut objectnya. Misalnya gharizah perut adalah makan, namun kebahagiaannya berbeda antara makan nasi dengan garam saja misalnya, dengan makan nasi dicampur lauk pauk, lalu ditambah dengan buah-buahan dan minuman. Demikian juga halnya dengan gharizah mata, telinga dan anggota badan yang lain.



Kebahagiaan Hati



Kebahagiaan hati tentunya berbeda dengan kebahagiaan perut, mata dan anggota badan lainnya. karena watak hati berbeda dengan watak atau natural anggota badan yang lainnya. Sebab hati itu mempunyai dua dimensi: dimensi "badani" dan dimensi "rohani". Mana dimensi yang lebih menguasai hati itu, maka kebahagiaannyapun terbatas pada dimensi tsb.

Apabila dimensi rohani yang lebih dominan, maka hati akan merasa bahagia misalnya dengan mendapatkan banyak ilmu, atau dekat dengan orang yang dicintai, dan puncak kebahagiaannya apabila ia mengenal Yang Maha Pencipta dan merasa dekat dengannya.



Ilmu Ilhami



Sarana pertama untuk kebahagiaan hati adalah ilmu atau ma'rifah. Ilmu atau ma'rifah ada dua macam:

1. Ilmu Ilhami
2. Ilmu Muktasab.

1. Ilmu Ilhami adalah ilmu yang didapat tanpa adanya usaha untuk mencarinya. Yaitu ilmu yang datang dari Allah SWT langsung melalui ilham. Inilah pada umumnya ilmu yang diberikan oleh Allah SWT kepada para Malaikat dan para Nabi (AS). Juga kadang-kadang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang soleh. Disebut pula dengan Ilmu Laduni.



2. Ilmu Muktasab, yaitu ilmu dari hasil usaha, belajar, riset, dsb. Untuk mencapai ilmu ini memerlukan indra dan peralatan, seperti mata, telinga, otak, waktu, dsb.



Oleh karena itu tingkat kebahagiaan hati melebihi kebahagiaan gharizah yang lain. Seorang ilmuwan yang menemukan suatu penemuan setelah riset bertahun-tahun misalnya, tidak dapat dibandingkan dengan gharizah kebahagiaan perut meskipun dihidangkan berbagai macam makanan yang lezat-lezat.



Tingkatan Kebahagiaan Hati



Namun dalam waktu yang sama, tingkat kebahagiaan hatipun berbeda antara seseorang dengan yang lainnya. Ada yang merasa bahagia sekali dengan berhasil menggambar suatu gambar yang indah, atau ketemu dengan seseorang yang dicintai yang sudah lama berpisah. Namum ada orang yang merasa bahagia apabila dia bisa memahami suatu ayat atau hadith, atau hafal Al Qur'an. namun kebahagiaan tertinggi bagi setiap mu'min tentunya mengenal Yang Mempunyai sumber ilmu dan jatuh cinta pada-Nya. Itulah puncak dari segala kebahagiaan, mengenal Allah Rabbul Alamin, baik di dunia ataupun di akhirat nanti.



Keadaan Hati



Apakah kita sebagai muslim menyadari tentang kebahagiaan hati ini? Dengan kata lain bagaimana untuk mengetahui hati kita ini bahagia atau tidak?



Untuk memudahkan menjawab pertanyaan diatas, kita harus bisa menjawab pertanyaan berikut ini: bagaimana kita bisa mengetahui bahwa perut kita, atau mata kita, atau telinga kita sakit? jawabannya tentunya apabila anggota badan tidak mampu melakukan fungsinya sesuai dengan tujuan diciptakannya. Maka untuk mengetahui hati kita sakit atau tidak, maka kita harus tahu apa fungsi hati? jawabannya adalah fungsi hati adalah untuk mencari ilmu, dan mencari jalan yang bisa mendekatkannya dengan pemberi ilmu, yaitu Allah SWT. Lalu dengan usaha pencaharian itu akan menimbulkan rasa mahabah atau cinta kepada-Nya.



Oleh karena itu orang yang malas mencari ilmu, atau tidak mempunyai semangat untuk mencari ilmu yang bisa mendekatkan hatinya kepada Yang Maha Pencipta, dia tidak akan merasa kebahagiaan hati yang hakiki. Kemudian hati itu akan sakit, dan kalau hati sakit maka ia akan jauh dari mendapatkan rahmat dari Allah SWT.



Jadi mengenal keadaan hati kita itu sangat penting sekali. Dan kita harus sadar bahwa tujuan shaitan yang utama adalah bagaimana bisa menguasai kita.



Tantangan Hati



Mengapa sulit untuk mendapatkan kebahagiaan hati yang hakiki? Jawabannya adalah karena adanya 4 macam nafsu pada diri kita, yaitu:



1. Nafsul Bahimiyah

2. nafsus Sabaiyah

3. Nafsus Syaitaniyah

4. Nafsul Malaikiyah



Nafsul Bahimiyah

Ialah nafsu binatang ternak seperti kerbau, kambing, ayam, dsb. Gharizah kebahagiaan binatang semacam ini adalah makan dan minum dan berkembang biak.



Nafsus Sabaiyah

Ialah nafsu binatang buas, seperti serigala, harimau, buaya, dsb. Gharizah kebahagiaan binatang semacam ini adalah apabila bisa menerkam mangsa yang dikejarnya, menakut-nakuti, memperluas daerah kekuasaan, membunuh, dsb.



Nafsus Syaitaniyah

Gharizah kebahagiaan syaitan adalah apabila dia berhasil menyesatkan, menipu, melampiaskan nafsu birahi, mengadu domba, membuat rencana jahat, dsb.



Nafsul Malaikiyah

Malaikat adalah makhluk rohani, makanya gharizah kebahagiaannya pun bersifat rohani. Malaikat merasa bahagia apabila mendapatkan ilmu dari Allah SWT, atau mentaati dan patuh pada perintah-Nya, serta terus bertasbih pada-Nya.



Apa nafsu yang mendominasi hati Kita?

Jawabannya adalah sebagai berikut:

* Kalau perhatian kita, pikiran kita terfokus terus kepada makanan dan minuman, berarti kita adalah manusia ternak.
* Kalau kita senang menyerang orang lain, menerkam harta orang, menguasai tanah milik orang lain, menindas orang lain, dsb, berarti kita adalah manusia binatang buas.
* Kalau kita senang menyesatkan, menipu, bersekongkol untuk kejahatan, iri kepada orang lain, berarti kita adalah manusia syaitan.

Biasanya seseorang marah kalau disebut manusia kerbau atau srigala atau syaitan, padahal tingkah lakunya membenarkan tuduhan itu.



Tanda-Tanda Orang Yang Didominasi oleh Nafsul Malaikiyah



1. Berakhlaq Mahmudah

Orang yang bisa menundukkan ketiga nafsu yang pertama kemudian didominasi oleh nafsul Malaikiyah, pasti akan mempunyai akhlak yang Mahmudah atau akhlak yang terpuji. Dan akhlak itu akan merupakan pembawaan yang keluar dari lubuk hatinya yang salim (bersih). Orang itu akan kelihatan penyantun, sabar, pemaaf, tawadu, senang membantu orang lain, selalu tampak senyum, dst.



2. Senang Mencari Ilmu

Tanda yang kedua adalah orang itu akan senang mencari ilmu agama atau ilmu yang mendekatkannya kepada Allah. Dia akan nampak rajin sekali membaca Al Qur'an dan bertadabbur akan isinya. Dia senang hadir di majlis-majlis ilmu, dan merasa bahagia apabila dengan dengan para ulama dan orang-orang yang soleh.

Dan mencari ilmu itu hukumnya wajib, bukan sunnah, terutama ilmu yang bersifat fardu ain, seperti mengetahui rukun dan syarat-syarat shalat. mengetahui rukum Iman dan islam, dsb. Adapun fardu kifayah kalau sebagian orang tahu, maka yang lain tidak wajib mencarinya, seperti ilmu hukum warisan, ilmu tentang nikah dan cerai, ilmu menjahit, ilmu matematika, ilmu kedokteran, dsb.



3. Mimpi yang bagus-bagus

Kita bisa tahu juga apakah hati kita didominasi oleh nafsul Malaikiyah atau tidak, atau apakah hati kita 'marid' (sakit) atau 'salim' (sehat) adalah dari mimpi-mimpi yang sering kita alami. Kalau mimpi kita umumnya bagus, indah, misalnya mimpi shalat di Masjid Haram, mimpi masuk syurga, mimpi berkumpul dengan orang yang shaleh, mimpi ketemu Nabi Muhammad SAW, atau nabi-nabi yang lain, maka berarti hati kita salim dan didominasi oleh Malaikiyah.



Bagaimana Cara untuk Menundukkan Nafsu?



Didalam agama Islam keempat nafsu itu diperlukan untuk kepentingan hidup. Oleh karena itu maka Islam tidak menyuruh untuk mematikannya, tapi dengan ditundukkan atau dikendalikan sesuai dengan kebutuhan kita. Misalnya nafsu bahimiyah, kita harus sadar bahwa makan itu adalah untuk hidup saja, bukan hidup untuk makan. Sehingga ketika kita makan, kita akan hati-hati tentang makanannya, apakah halal atau haram. Kadar makanan yang kita makan, jangan sampai israf atau berlebihan.



Adapun Cara untuk Menundukkannya adalah:



1. Dengan Mujahadah

Seperti kalau kita ingin mempunyai badan yang kekar dan otot yang kuat, maka kita harus exercise atau senam, demikian juga kalau kita ingin menundukkan nafsu-nafsu tersebut juga kita perlu exercise yang disebut dengan “'Mujahadah”. Artinya berjuang terus menerus untuk melawan gharizah hawa nafsu.



- Ketika kita mau marah misalnya, kita kekang marah itu sampai padam

- Ketika mau bicara kita tahan

- Ketika merasa berat bangun subuh, kita paksakan bangun, dst.



Maka setiap kita tundukkan nafsu-nafsu tersebut, maka “nafsul Malaikiyah” atau rohani kita akan bertambah naik dan kuat. Dan kita akan merasakan mudah dan bahagia dalam melaksanakan ketaatan-ketaatan. Sama seperti orang yang senam dan berolahraga tadi, badannya akan jadi segar, dan otot-ototnya akan jadi kuat, dan semua exercise jadi mudah.



Oleh karena itu orang yang tidak bermujahadah melawan hawa nafsu, berat sekali baginya untuk mengerjakan amal-amal yang soleh, untuk bangun subuh dan untuk taat kepada perintah-perintah Allah. Akan sulit baginya untuk sabar, untuk memaafkan, untuk “khusu” dalam shalat, dsb. Sebaliknya, dia akan mudah sekali melanggar perintah-perintah-Nya dan mejalankan larangan-Nya.



Allah SWT berfirman: "Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar." (92:10).



2. Dengan Istiqamah

Adapun seorang datang kepada Nabi SAW dan meminta agar diberi suatu nasihat yang belum pernah diberikan kepada orang lain, maka Nabi SAW berkata kepada orang itu: "Hendaklah kamu beriman kepada Allah kemudian berlaku istiqomah."

Pada umumnya setiap muslim mengaku dan menyatakan bahwa mereka beriman kepada Allah dan hal itu adalah mudah, tapi yang sulit adalah beristiqamah atau berkomitmen dengan apa yang kita katakan itu.



Seperti tadi orang yang ingin mempunyai badan yang cantik, menarik dan kuat, dia harus exercise dan diet serta makan vitamin, maka diet dan vitamin untuk memperindah dan memperkuat rohani adalah dengan terus melakukan kewajiban-kewajiban terutama shalat, dan berusaha menjauhkan segala sesuatu yang diharamkan. Seperti dalam diet dan makan vitamin, pada umumnya kan tidak cukup sekali saja, maka juga sama halnya untuk memperkuat rohani kita tidak bisa kalau hanya menjadi Muslim Part time, kita harus menjadi Muslim Full time. Jadi kalau kadang shalat kadang tidak, kadang jujur kadang jadi penipu, tidak mungkin akan berhasil untuk memperkuat rohani dan mempunyai 'qalbu salim'.



3. Dengan Do'a

Cara yang ketiga untuk supaya menguasai ketiga nafsu diatas dan mendapatkan 'qalbun salim' adalah dengan memperbanyak do'a kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Nabi (SAW) menyuruh kita untuk membaca do'a berikut sehabis shalat:



"Allahuma aini ala zikrika wa-syukrika wa husni ibadatika"

"O Allah please help me to be able to remember You, grateful to You, and warship You in the best way"



Wallahu a'lam

Prev: Hati dan Pintu-pintu Iblis
Next: Haji dan Rahasia-rahasianya, Keutamaan dan Adab-adabnya

Tidak ada komentar: